Senin, 25 Agustus 2014

Ikhtiar dan sabar menghadapi kesulitan hidup


        Sebagai manusia, siapa sih yang tidak pernah mendapatkan permasalahan dan kesulitan? Rasanya hidup didunia ini seolah tiada hari tanpa permasalahan yang datang silih berganti. Masalah satu diselesaikan, datang lagi masalah yang lain, terkadang masalah satu belum selesai, masalah lain sudah  muncul, kadang-kadang masalah yang sudah terpendam lama tiba-tiba muncul kembali. Selain itu, jenis-jenis permasalahan yang dialami manusia pun bermacam-macam, mulai masalah keluarga, ekonomi, kesehatan, masalah dengan tetangga, lingkungan, dan sebagainya seolah semua sudah menjadi langganan bagi kita.
Sebenarnya permasalahan hidup apapun bentuknya adalah bagian dari ujian bagi kita. Lulus dan tidaknya kita dalam menghadapi ujian sangat tergantung dari cara atau usaha yang kita tempuh dalam menyelesaikan masalah tersebut dan dari sikap kita dalam menghadapi kesulitan dan permasalahan. Tolok ukur lulus ujian yang dimaksud disini bukan hanya berdasarkan selesai atau tidaknya permasalahan yang sedang dihadapi saja karena hal ini sangat relatif, tetapi paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama: apakah cara atau usaha yang ditempuh dalam menyelesaikan kesulitan hidup itu mendapat ridlo dari Allah  SWT  atau tidak? Usaha-usaha dalam mengatasi kesulitan hidup dengan cara yang diridloi Allah inilah yang dinamakan dengan ikhtiar, sedangkan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam tidak bisa disebut dengan ikhtiar. Kedua: apakah kita bersikap sabar dalam menghadapi segala kesulitan hidup yang sedang dialami? Dua hal inilah yang menjadi indikator kelulusan kita dalam menghadapi kesulitan hidup.

Ikhtiar merupakan kewajiban yang harus dilakukan dalam usaha mengatasi kesulitan hidup. Sebagai umat Islam kita seharusnya hati-hati dan selalu introspeksi diri apakah selama ini usaha kita yang kita lakukan sudah sesuai dengan ajaran Islam atau belum? Hal ini penting mengingat kenyataannya banyak orang yang berusaha mengatasi kesulitan hidup justru dengan cara yang dilarang oleh Allah, seperti misalnya orang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi kemudian mencuri uang milik orang lain, orang yang sakit kronis bertahun-tahun tidak sembuh, karena putus asa kemudian pergi berobat ke ahli sihir, dan sebagainya, tentu saja cara seperti ini walaupun permasalahan hidupnya dapat diatasi tetapi orang tersebut dimurkai Allah, Na’udzubillah.
Ketika mengalami kesulitan hidup, kita juga dilarang berpangku tangan, pasrah, menyerah, menerima keadaan, dan tidak melakukan apa-apa. Karena kesulitan hidup tentu tidak akan teratasi jika kita berperilaku demikian. Allah SWT berfirman dalam QS Ar Ra’du ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Hal berikutnya yang harus diperhatikan agar kita lulus ujian dalam menghadapi kesulitan hidup adalah sikap kita ketika mendapat ujian. Beragam sikap dan tindakan ketika sesorang mendapat kesulitan hidup, ada yang tertekan, mengamuk, menyalahkan orang lain, menyesali hidup, mengkambinghitamkan orang lain, dan sebagainya.  Sikap-sikap tersebut adalah sikap dan perilaku destruktif dan kadang membahayakan bagi orang lain. Namun ada juga sifat negatif lain yang tidak destruktif, seperti pasrah, menyerah, nrimo, bahkan putus asa. Sikap dan perilaku tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
Sikap-sikap destruktif dan sikap negatif lain apalagi putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup menunjukkan bahwa kemampuan ilmu dan iman seseorang lemah. Bukankah Allah berfirman dalam QS Al Baqarah ayat 286 yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya“.
Ayat diatas memberikan pengertian bahwa tidak mungkin kesulitan yang kita alami tidak mampu kita hadapi karena Allah Yang Maha Kuasa yang telah menjamin hal tersebut. Dengan demikian apabila kita berputus asa terhadap kesulitan yang menimpa kita, maka kita sudah termasuk kedalam golongan orang-orang kafir karena kita tidak mempercayai jaminan yang telah Allah berikan.
Untuk itu Islam mengajarkan bahwa setiap musibah maupun ujian apapun bentuknya termasuk permasalahan dan kesulitan hidup harus dihadapi dengan sabar karena kesabaran akan membawa kita pada kegembiraan. Allah berfirman dalam Al Baqarah ayat 155 yang artinya: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Allah juga berfirman dalam QS Az Zumar ayat 10 yang artinya:“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
Kegembiraan yang dijanjikan Allah bukan hanya kegembiraan di akhirat saja, di dunia ini pun sabar akan memberikan dampak positif karena sabar merupakan merupakan salah satu obat hati dan penenang jiwa disaat kita sedang terpuruk. Sabar akan menyadarkan kita bahwa semua ujian datang dari Allah SWT, dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan semua akan kembali kepada Allah. Dengan sabar kita terhindar dari sikap destruktif dan sikap negatif lainnya.
Diantara tanda orang sabar diantaranya adalah menahan diri dari keluh-kesah. Nabi SAW bersabda yang artinya: “Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan)”, (HR. Ath-Thabrani).
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim menderita karena kesedihan, kedukaan, kesusahan, kepayahan, penyakit, dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni dosa-dosanya” (HR Bukhari). Bukankah hadits ini menegaskan bahwa berbagai macam kesulitan hidup yang menimpa kita justru akan memberikan banyak pahala dan ampunan kepada kita? Lalu mengapa kita bersedih dan putus asa? Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar